Scan barcode
A review by clavishorti
Cermin Dua Arah by Adi K.
adventurous
challenging
dark
emotional
funny
mysterious
reflective
sad
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? N/A
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.0
Dalam perjalanan membenamkan diri dalam halaman-halaman Cermin Dua Arah karya Adi K., saya tak dapat mengabaikan daya magis yang tersembunyi di setiap cerita mini yang dipaparkan. Setiap halaman bukan hanya sekadar lembaran kertas, melainkan gerbang menuju dunia fiksi yang mengundang senyum di bibir, kerutan di dahi, dan lapisan kegelapan yang menggelitik rasa takut di lubuk hati pembaca.
Melalui setiap jalinan cerita yang mengundang beragam emosi, saya menemukan sebuah istilah baru yang menambah warna dalam perjalanan membaca saya: fiksi mini atau yang lebih dikenal sebagai micro fiction. Keheranan menyelubungi diri saya ketika menyadari bahwa kisah-kisah singkat yang memikat ini memiliki identitas unik tersendiri. Terobosan ini membuka pintu menuju pemahaman bahwa fiksi mini, sebagaimana saya temukan melalui penelusuran di laman internet, adalah suatu bentuk cerita yang memang sangat pendek. Keunikan terletak pada pemberian kebebasan kepada pembaca untuk meramu tema, merangkai alur cerita, menentukan akhir cerita, dan menarik kesimpulan sesuai dengan tanah subur imajinasi masing-masing. Seolah sebuah petualangan baru dalam dunia literasi, fiksi mini hadir untuk memberikan kebebasan eksplorasi tanpa batas, mengukir cerita sesuai kehendak pembaca.
Melangkah ke dalam dunia Cermin Dua Arah adalah seperti membuka pintu gerbang nostalgia yang penuh kegembiraan. Setiap halaman menjadi jendela waktu yang memunculkan sensasi tak terlupakan, seakan membaca sudut-sudut kecil di koran lampau yang menawarkan cerita-cerita pendek yang mengundang tawa, merenung dalam filosofi, dan bahkan menjelajahi sisi gelap satir, semuanya disajikan dalam potongan kata-kata yang singkat namun menusuk. Cermin Dua Arah bukan hanya sebuah buku; ia adalah perjalanan lintas waktu yang menghidupkan kembali pesona koran lampau, menyajikan karyanya yang memukau.
Meskipun beberapa cerita pendek seperti “Jalan Berliku”, “Tidak Sia-Sia”, “Penyintas”, “Membagi Peran”, dan “Kereta Filsuf” mampu memikat hati saya, sayangnya buku ini tidak sepenuhnya memenuhi selera pribadi saya. Meski saya menikmati perjalanan melalui berbagai cerita yang disajikan dengan begitu apik, pada akhirnya, buku ini tidak berhasil menggoreskan bekas yang mendalam dihati saya. Mungkin karena setiap kisah terasa begitu singkat, menyisakan rasa ingin lebih, tanpa memberikan kesempatan bagi emosi untuk berkembang dengan sepenuhnya.
Dalam keseluruhan, Cermin Dua Arah karya Adi K. adalah perpaduan unik dari fiksi mini yang menawarkan pemandangan indah dari berbagai sisi dunia. Meskipun tidak seluruhnya sesuai dengan selera pribadi saya, saya mengakui keahlian penulis dalam menyusun cerita-cerita yang mampu merentang imajinasi pembaca. Bagi mereka yang menyukai sentuhan singkat namun memikat, Cermin Dua Arah mungkin dapat memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Melalui setiap jalinan cerita yang mengundang beragam emosi, saya menemukan sebuah istilah baru yang menambah warna dalam perjalanan membaca saya: fiksi mini atau yang lebih dikenal sebagai micro fiction. Keheranan menyelubungi diri saya ketika menyadari bahwa kisah-kisah singkat yang memikat ini memiliki identitas unik tersendiri. Terobosan ini membuka pintu menuju pemahaman bahwa fiksi mini, sebagaimana saya temukan melalui penelusuran di laman internet, adalah suatu bentuk cerita yang memang sangat pendek. Keunikan terletak pada pemberian kebebasan kepada pembaca untuk meramu tema, merangkai alur cerita, menentukan akhir cerita, dan menarik kesimpulan sesuai dengan tanah subur imajinasi masing-masing. Seolah sebuah petualangan baru dalam dunia literasi, fiksi mini hadir untuk memberikan kebebasan eksplorasi tanpa batas, mengukir cerita sesuai kehendak pembaca.
Melangkah ke dalam dunia Cermin Dua Arah adalah seperti membuka pintu gerbang nostalgia yang penuh kegembiraan. Setiap halaman menjadi jendela waktu yang memunculkan sensasi tak terlupakan, seakan membaca sudut-sudut kecil di koran lampau yang menawarkan cerita-cerita pendek yang mengundang tawa, merenung dalam filosofi, dan bahkan menjelajahi sisi gelap satir, semuanya disajikan dalam potongan kata-kata yang singkat namun menusuk. Cermin Dua Arah bukan hanya sebuah buku; ia adalah perjalanan lintas waktu yang menghidupkan kembali pesona koran lampau, menyajikan karyanya yang memukau.
Meskipun beberapa cerita pendek seperti “Jalan Berliku”, “Tidak Sia-Sia”, “Penyintas”, “Membagi Peran”, dan “Kereta Filsuf” mampu memikat hati saya, sayangnya buku ini tidak sepenuhnya memenuhi selera pribadi saya. Meski saya menikmati perjalanan melalui berbagai cerita yang disajikan dengan begitu apik, pada akhirnya, buku ini tidak berhasil menggoreskan bekas yang mendalam dihati saya. Mungkin karena setiap kisah terasa begitu singkat, menyisakan rasa ingin lebih, tanpa memberikan kesempatan bagi emosi untuk berkembang dengan sepenuhnya.
Dalam keseluruhan, Cermin Dua Arah karya Adi K. adalah perpaduan unik dari fiksi mini yang menawarkan pemandangan indah dari berbagai sisi dunia. Meskipun tidak seluruhnya sesuai dengan selera pribadi saya, saya mengakui keahlian penulis dalam menyusun cerita-cerita yang mampu merentang imajinasi pembaca. Bagi mereka yang menyukai sentuhan singkat namun memikat, Cermin Dua Arah mungkin dapat memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.