Scan barcode
A review by clavishorti
Hujan Kepagian by Nugroho Notosusanto
adventurous
challenging
dark
emotional
informative
reflective
sad
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? No
5.0
Buku Hujan Kepagian adalah sebuah karya sastra yang memuat enam cerita pendek yang disusun oleh tangan cendekia Nugroho Notosusanto. Diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka, Jakarta pada tahun 1958, buku ini menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah.
Cerita-cerita yang terhampar di dalamnya membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang mendalam, mengisahkan tentang zaman di mana gemuruh senjata menggema di antara lapisan awan mendung masa agresi Belanda pada tahun 1947-1949. Setiap cerita, dihias dengan latar belakang yang menggambarkan keganasan zaman, membawa kita berkelana dalam pusaran perang yang membara.
Buku ini dengan tajam mengarahkan sorotan kepada para tentara, khususnya para tentara pelajar, yang turut berperan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa. Mereka, yang semula hanya mengejar cita-cita ilmu di bangku sekolah, berubah menjadi pejuang yang tangguh, siap menghadapi bahaya demi kemerdekaan bangsanya. Sebagai ujung tombak dalam pertempuran melawan pasukan Belanda, mereka menunjukkan dedikasi yang tak tergoyahkan dan semangat juang yang membara.
Dengan narasi yang memukau, pembaca dibawa merasakan getirnya perjuangan yang dijalani oleh para pejuang kemerdekaan. Mereka, bukan hanya pelajar, tetapi pahlawan yang rela mengorbankan segalanya demi cita-cita luhur bangsa. Di setiap halaman, terpahatlah kisah keberanian yang menginspirasi, di mana segala rintangan dihadapi dengan kepala tegak dan hati yang kokoh.
Namun, di balik keberanian dan semangat juang, buku ini juga menyingkapkan sisi lain dari perang, menggali masalah-masalah sosial yang tersembunyi di balik gemerlapnya medan pertempuran. Norma-norma yang seharusnya menjadi landasan bermasyarakat, seperti norma kesopanan dan norma kesusilaan, terkadang terabaikan di medan perang.
Selain itu, buku ini tidak hanya menggambarkan keganasan pertempuran, tetapi juga menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan yang tetap bersinar di tengah kegelapan perang. Meskipun terlibat dalam pertempuran yang mematikan, namun tetaplah terlihat kilauan kebaikan hati yang muncul dari para pejuang, menghadirkan harapan di tengah-tengah keputusasaan. Dengan memperkaya narasi melalui penceritaan yang penuh warna, buku ini memperlihatkan segala sisi kompleks dari perang kemerdekaan, mengajak pembaca untuk merenung dan mengapresiasi keberanian serta pengorbanan para pahlawan bangsa.
Dari lubuk hati yang dalam, saya sungguh menyukai buku ini. Sudut pandangnya yang unik dan bahasanya yang kaya akan daya tariknya sendiri, tak terkecuali tema-tema yang diusungnya. Bahasa yang digunakan sungguh memesona dan mengalir dalam balutan sastra lama yang mengingatkan pada gemerlapnya masa lalu. Saat kita terhanyut dalam aliran narasinya, kita akan menemukan banyak kata-kata dan objek yang khas pada zamannya. Mulai dari merek kacamata hingga permen, bahkan hingga sepatu yang menjadi penanda khas zamannya. Senjata-senjata yang digunakan pun tidak luput dari perhatian, menghadirkan nuansa autentik dari masa perjuangan tersebut.
Walau demikian, di tengah keindahan alur cerita yang menghipnotis, tak terelakkan pula terdapat sejumlah kesalahan penulisan serta pemakaian bahasa yang tak selalu sesuai standar. Barangkali hal ini disebabkan oleh fakta bahwa buku ini terbit pada masa lampau, di mana mesin tik, norma-norma tata bahasa, dan kaidah penulisan belum secanggih dan seketat masa kini. Meski demikian, hal ini justru menjadi bagian dari keaslian dan keragaman buku tersebut, menyiratkan nuansa nostalgia akan zamannya, di mana kebersamaan dengan kekurangan dan kejelasan masih terasa hangat dalam benak para pembaca.
Dari lubuk hati yang dalam, saya sungguh terpukau dengan cerita pendek yang pertama, yang berjudul “Senyum”. Pesan yang terkandung di dalamnya sungguh menyentuh hati saya dengan dalamnya. Terpaparlah di hadapan mata saya gambaran yang menggetarkan jiwa, menceritakan kisah seorang pejuang yang meski terluka, masih mampu menyunggingkan senyuman di bibirnya. Senyum itu bukan semata upaya untuk menyembunyikan luka, melainkan juga merupakan bentuk keteguhan hati dan semangat yang tak pernah padam, meskipun badai datang menerpa.
Selain itu, “Perawan di Garis Depan” juga menempati tempat istimewa dalam hati saya. Meskipun saya masih merasa sangat kesal dan marah di mana perempuan harus menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi bahkan saat berjuang melawan penjajah. Saya sungguh mengutuk tindakan keji mereka, yang tidak layak disebut sebagai manusia. Cerita ini menggambarkan tragedi yang menyayat hati, di mana seorang perempuan yang seharusnya diberi perlindungan dan penghormatan malah menjadi sasaran kekejaman dan pelecehan.
Melalui lapisan-lapisan cerita yang dalam dan mengharukan, buku Hujan Kepagian tidak hanya sekadar merupakan himpunan kisah perjuangan, melainkan juga sebuah refleksi yang memantulkan kompleksitas manusia dan perang itu sendiri. Setiap lembarannya dihiasi dengan kisah-kisah yang menggugah hati, mengajak kita untuk memandang baik sisi terang maupun sisi gelap dari perang dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan membius pembaca dalam gelombang emosi yang mendalam, buku Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto memberikan pelajaran berharga tentang nilai-nilai kemanusiaan dan keberanian yang harus senantiasa kita junjung tinggi dalam lembaran sejarah bangsa kita.
Dan aku merangkak terus. Aku lupa kepada sakit, aku merangkak terus. Dan aku lihat di puncak Bukit Kuwuk, Tati berdiri berpakaian putih dengan pita merah di rambut dan ikat pinggang merah melilit pinggangnya. Ia menari-nari kegirangan, di tangannya sebuah batu tulis.
Graphic: Death, Gun violence, Rape, Sexual assault, Blood, Kidnapping, Murder, Pregnancy, Sexual harassment, War, and Injury/Injury detail