Scan barcode
A review by clavishorti
Belenggu by Armijn Pane
adventurous
challenging
emotional
mysterious
reflective
sad
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.0
Dalam khazanah sastra roman klasik Indonesia, seringkali terhampar kisah-kisah cinta yang sarat dengan onak duri dan halangan, di mana hubungan antara tokoh-tokoh kerap terjegal oleh perbedaan status sosial yang mencolok atau konflik keluarga yang kian meruncing. Kisah-kisah ini tak hanya menyoroti permasalahan cinta, tetapi juga menyelami kehidupan sehari-hari masyarakat, dengan cerminan adat istiadat, kebiasaan, dan norma sosial yang begitu kental dengan suasana zamannya. Karya-karya ini sering pula berfungsi sebagai cermin kritik sosial, mengangkat isu ketidakadilan dan kesenjangan yang menggerogoti tatanan masyarakat, sembari menanamkan nilai-nilai moral dan etika melalui perjalanan karakter-karakter yang penuh warna. Roman klasik juga tak jarang memadukan elemen sejarah dan politik, menyatukan narasi dengan peristiwa-peristiwa penting yang membentuk konteks sejarah.
Dari sinilah rasa ingin tahu saya mulai tumbuh, mendorong keinginan untuk menyelami karya sastra roman klasik Indonesia lebih dalam. Pilihan saya jatuh pada Belenggu, sebuah karya paling tersohor yang ditulis oleh Armijn Pane, terbit pada tahun 1940. Buku ini menawarkan gaya bahasa yang khas dan unik, merefleksikan nuansa sastra pada masa tersebut. Meskipun gaya bahasa tersebut mungkin memerlukan penyesuaian bagi pembaca modern, saya menemukan diri saya segera tenggelam dalam alur cerita tanpa banyak kesulitan.
Belenggu tidak hanya mengikuti jejak roman klasik yang umumnya mengangkat konflik cinta dan status sosial, tetapi ia juga mengusung tema yang lebih berani dan kontroversial. Penulis mengangkat topik perselingkuhan dan pemberontakan terhadap patriarki—sebuah isu yang dianggap tabu pada zamannya, dan mungkin juga pada masa kini. Melalui tokoh utamanya, seorang dokter dan istrinya, Armijn Pane menggambarkan ketidakpatuhan terhadap norma-norma patriarki yang mendominasi masyarakat. Istri sang dokter, yang menolak untuk tunduk pada norma-norma patriarki, menghadapi cemoohan dan penilaian sosial yang keras. Karya ini memaparkan dinamika rumah tangga yang kompleks, dengan konflik yang mencuat antara ekspektasi masyarakat dan keinginan pribadi tokoh-tokohnya. Melalui konflik tersebut, penulis tidak hanya menyentuh aspek moral dan sosial, tetapi juga mengundang refleksi mendalam mengenai pandangan agama dan norma-norma yang mengikat masyarakat.
Sebagai pembaca, saya merasa terlibat secara emosional dengan setiap ketegangan dan dinamika yang dihadirkan. Konflik yang digambarkan oleh Armijn Pane memicu ketegangan dan pemikiran yang mendalam, membawa saya pada refleksi pribadi mengenai isu-isu yang masih relevan hingga kini. Meskipun Belenggu karya Armijn Pane telah diterbitkan beberapa dekade lalu, daya tariknya tidak memudar, dan karya ini tetap mampu menyentuh hati dan pikiran pembaca dengan caranya yang khas.
Graphic: Infidelity and Misogyny