A review by clavishorti
Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam? by Sasti Gotama

adventurous challenging dark emotional mysterious reflective sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

5.0

Dalam buku Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam? karya Sasti Gotama, kita tak sekadar membalik setiap lembar, melainkan merajut benang-benang cerita yang memeluk jiwa. Dengan kepiawaian pena, sang penulis melukis panorama kehidupan dalam delapan belas cerita pendek yang bukan sekadar mengundang, tetapi juga membangkitkan semangat kita. 
 
Setiap halaman di buku ini memancarkan ketajaman wawasan, di mana setiap cerita pendek memberikan jendela ke dalam kompleksitas kehidupan manusia. Sasti Gotama, dengan keberaniannya, menggali lapisan kehidupan, merentangkan dari konflik personal yang menggigit, hingga cerita-cerita rumah tangga yang menantang. Namun, daya tarik cerita mencapai puncaknya saat sang penulis menjejak ranah kontroversial, seperti perselingkuhan, konflik SARA, dan menelusuri perjuangan menuju kesetaraan gender. 
 
Dengan hanya 144 halaman, buku ini mampu menghanyutkan kita dalam cerita-cerita padat, yang menggugah emosi dan menyelami kedalaman, menjadikannya sebongkah permata yang menambah kedalaman pemahaman kita terhadap dunia yang rumit ini. Tanpa menunggu lama, mari kita mengembara bersama melalui tiap sudut dari delapan belas cerita pendek, merasakan nuansa dan merangkai makna di setiap jerat kata yang digarap oleh tangan Sasti Gotama. 
 
 
 
Cerita Pendek Pertama: Menunggu Marduk Datang 
Dalam keheningan, Ishtar menunggu kehadiran Marduk. Namun, di balik keintiman cinta yang tercipta, tersembunyi misteri yang tak terduga. Cemburu dan barang-barang yang menghilang tanpa jejak, Ishtar menemukan dirinya terjerat dalam alam pikiran yang semakin membingungkan. Apakah Marduk benar-benar datang, atau apakah kehidupan yang ia percayai hanyalah bayangan dari kenangan yang pudar? 
 
Dalam cerita penuh misteri ini, kita menyaksikan perjalanan Ishtar, seorang wanita lanjut usia, yang mencari cinta di masa tuanya. Namun, kejutan membuka tirai ke dalam kompleksitas pikirannya yang dilanda demensia. Dalam dunianya yang bercampur-baur, menciptakan kenyataan yang dibangun oleh ingatannya sendiri, menunjukkan betapa sulitnya memahami realitas ketika terperangkap dalam penyakit demensia. Cerita ini menjadi cermin bagi ketidakpastian dan keindahan yang terkandung dalam proses menua.
 
 
Cerita Pendek Kedua: Kala Hara Menyatakan Cinta 
Dalam pencarian Hara akan arti sejati kehidupan, keheningan pernikahan membawanya pada pertemuan yang tak terduga. Namun, apa yang dimulai sebagai cerita kesepian yang umum, memperkenalkan sosok misterius yang dapat mengisi kekosongan dalam hati Hara. Antara cerita kehilangan dan keinginan untuk ditemukan, dapatkah Hara menemukan kehangatan cinta yang sejati? 
 
Cerita ini menggambarkan kekosongan emosional dan kesepian dalam hubungan manusia modern. Pengenalan “Love Doll” sebagai teman bagi karakter Hara mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat mengisi kekosongan emosional, namun dengan risiko kehilangan elemen kemanusiaan dalam ketergantungan tersebut. Makna cerita ini meresahkan pemikiran kita tentang batas antara interaksi manusiawi dan hubungan dengan objek buatan manusia.
 
Cerita Pendek Ketiga: Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam? 
Cinta Han dan Eren mengalami ujian tak terduga, terperangkap dalam gelombang tragedi yang mendera. Namun, dalam keheningan penuh pertanyaan, muncul sesuatu yang tak terduga: Mengapa Tuhan menciptakan kucing hitam? Dalam rahasia ini, yang tersembunyi di balik kerusuhan dan kehilangan, kita menyaksikan munculnya suatu keajaiban. Cerita ini menjadi alur yang menggetarkan makna harapan dan keberanian, di mana cerita Timun Mas bukan hanya simbol, melainkan kunci rahasia untuk memahami keterkaitan antara kehidupan dan nasib yang begitu misterius. 
 
Dalam alur cerita tragis Han dan Eren, sepertinya kita diajak menyelusuri luka-luka pribadi di balik kerusuhan Mei 1998. Di tengah keputusasaan, terkuak perumpamaan mistis dari cerita Timun Mas: “Kita adalah Timun Mas, Han. Dari sari pati tanah ini.” Mencerminkan panggilan untuk mengakui identitas dan persatuan di tengah keragaman budaya. Dalam konteks cerita, ungkapan ini menjadi simbol solidaritas dan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, menekankan bahwa setiap individu, tanpa memandang etnis, memiliki hak dan keterikatan dengan tanah air mereka. Pesan ini mengangkat esensi kekayaan budaya dan hak setiap warga negara untuk hidup dan berjuang bersama, menempatkannya sebagai bagian integral dari keberagaman yang melekat dalam bumi pertiwi.
 
Selain itu, cerita ini mengajarkan bahwa dalam penderitaan terdalam, keberanian dan harapan muncul sebagai cahaya di ujung terowongan. Dalam kerusuhan dan kehilangan, cerita ini menggugah pemahaman bahwa kehidupan dan nasib kita dijalin dalam keajaiban yang penuh ketidakpastian.
   
 
Cerita Pendek Keempat: Paranoia 
Dalam perjalanan konferensi dokter gigi se-Asia, seorang dokter gigi terjebak dalam labirin paranoia di Myanmar. Di antara imigrasi yang membingungkan, simbol agama yang disalahartikan, dan rahasia tersembunyi, cerita ini menyelidiki ketidakpastian identitas dan kepercayaan. Apakah simbol agama selalu mencerminkan kebaikan? 
 
Cerita ini membawa kita ke dalam perjalanan seorang dokter gigi yang terjerat dalam ketegangan psikologis di Myanmar. Dengan imigrasi yang membingungkan dan kesalahpahaman seputar simbol agama, cerita ini menggambarkan betapa mudahnya kita terjebak dalam paranoia dan penilaian berdasarkan penampilan luar. Makna di balik cerita ini mengajak kita untuk merenung tentang pentingnya melihat lebih dari sekadar tampilan fisik dan simbol-simbol agama.
 
 
Cerita Pendek Kelima: Segala Sesuatu yang Tak Pernah Terjadi 
Cinta yang menghantui Lakshita, membawanya melewati ritus pemakaman dan kegelapan pernikahan. Dalam alur misteri yang berkembang, rahasia gelap terungkap, memperlihatkan bahwa tak semua yang terjadi adalah seperti yang terlihat. Apakah perpisahan adalah jawaban yang sebenarnya? 
 
Cerita ini tidak hanya mengeksplorasi kematian fisik, tetapi juga “kematian” dalam hubungan yang penuh dengan kekerasan dan pengorbanan. Lakshita, yang seolah-olah ditinggalkan dalam kesunyian penuh penderitaan, sebenarnya sedang menghirup udara kebebasan. Barata, sang suami, menjadi simbol dari paradigma patriarki yang memaksa perempuan untuk membisu atas kekerasan yang mereka alami.
 
Dengan menggali lapisan kekerasan dalam pernikahan, cerita ini mendorong kita untuk melihat di luar permukaan kebahagiaan yang dipertontonkan oleh banyak pasangan. Makna tersembunyi di balik setiap tindakan Lakshita membuka diskusi tentang hak perempuan untuk bebas dari penindasan dan memberikan pertanyaan berat tentang batas keterikatan dalam hubungan.
 
 
Cerita Pendek Keenam: Rahasia Keempat 
Sebuah keluarga yang terbungkus rahasia. Menjelang pernikahan, tabir keluarga terbuka, mengungkapkan kompleksitas hubungan yang penuh intrik. Dalam dunia yang penuh dengan kepalsuan, satu rahasia mungkin belum cukup. Apakah segala sesuatunya selalu seperti yang terlihat? 
 
Dalam cerita ini, keluarga menjadi panggung rahasia yang mengungkapkan ketidakadilan dan trauma seorang perempuan. Ibunya, yang sebelumnya dianggap kakak, menghadapi pelecehan seksual yang tersembunyi di balik senyumnya. Cerita ini, melalui lapisan identitas terkuak, menyoroti perjuangan perempuan dan ketidakpercayaan sosial yang mereka hadapi.
 
Makna dalam cerita ini menciptakan refleksi tentang tanggung jawab sosial kita terhadap korban pelecehan dan pentingnya memberdayakan perempuan dalam mendapatkan keadilan. Dalam cerita ini, keberanian perempuan menjadi sorotan utama, mengajak kita untuk merenung dan berbicara tentang perlunya perubahan dalam cara kita memandang dan merespons isu-isu sensitif ini.
 
Cerita Pendek Ketujuh: Prosesi Kematian yang Sempurna 
Kehidupan keluarga yang tampak begitu sempurna dan berkelas menyimpan rahasia kelam yang tersembunyi di balik tirai kemewahan. Di tengah prosesi kematian yang diatur sedemikian rapi, terdapat ketidakharmonisan yang merayap ke permukaan. Bisakah kita menilai sebuah kehidupan dari prosesi kematian yang terlihat begitu sempurna? 
 
Dalam cerita ini, ayah yang keras dan pemukul menciptakan tragedi yang menghiasi hidup keluarganya. Melalui karakter Wen, yang dihantui oleh kekerasan dan pemaksaan identitas, penggambaran seorang ayah yang menuntut anaknya untuk menjadi 'lelaki sejati' memperlihatkan norma toksik yang merusak keharmonisan keluarga. Kesempurnaan yang diusung oleh sang bapak sebenarnya hanyalah kedok dari kehancuran dan kebingungan dalam rumah tangga. Cerita ini menggambarkan bagaimana tuntutan norma dapat menghasilkan prosesi kematian emosional, yang jauh dari kesempurnaan yang dibayangkan. Makna mendalamnya menyiratkan pentingnya keluarga untuk melawan norma destruktif dan mencari kebahagiaan sejati di luar tirani kekerasan.
 
Cerita Pendek Kedelapan: Pembersih Jejak Kematian 
Senyuman yang terpancar dari wajah Hujan adalah tirai tipis yang menyembunyikan derita yang mendalam. Norman, pembersih jejak kematian profesional, menemukan bahwa di balik kebahagiaan yang terlihat selama hidup, Hujan menyimpan penderitaan yang tak terduga. Bagaimana kita bisa memahami beban yang dibawa oleh setiap senyuman? 
 
Dalam cerita Norman, seorang pembersih jejak kematian, kita disuguhkan dengan wajah tersenyum Hujan yang sebenarnya penuh kepalsuan. Senyumannya yang selalu terpampang tidak pernah mencerminkan beban emosional yang dia tanggung. Menikah dengan suami yang membatasi pilihannya, memaksa Hujan menjadi sosok yang dia tidak ingin menjadi. Cerita ini menjadi cermin keras bagi masyarakat yang terjebak dalam citra kesempurnaan yang sebenarnya menyiksa. Cerita ini menciptakan cermin sosial tentang bagaimana senyuman seringkali menyembunyikan penderitaan yang mendalam. Melalui tragedi Hujan, pembaca diingatkan akan pentingnya tidak mengukur kebahagiaan seseorang dari senyumannya.
 
Cerita Pendek Kesembilan: Tarian Kematian Ngengat 
Alur cerita yang kompleks menyajikan sebuah narasi penuh intrik keluarga. Katya, dipaksa hidup dalam ketidakadilan, merencanakan pembalasan dendam yang meruncing pada sebuah kutipan: “Mata dibalas mata, tangan dibalas tangan, nyawa dibalas nyawa.” Namun, dalam gelapnya cerita ini, balas dendam membawa akibat yang tak terduga dan tragis. Bagaimana rahasia kelam keluarga dapat meruntuhkan seluruh kehidupan? 
 
Dalam cerita ini, kita memasuki dunia penuh balas dendam dan kebijaksanaan. Katya, yang awalnya bersemangat untuk membalaskan ketidakadilan yang dialaminya, menemukan bahwa dendam yang ia genggam bukanlah solusi sejati. Kutipan Mahatma Gandhi, “Jika mata dibayar dengan mata, maka seluruh dunia akan buta,” mencuat dalam cerita ini.
 
Katya, yang mulai menyadari bahwa kebenaran dan keadilan tidak dapat dicapai dengan cara yang sama seperti yang diterimanya, terpaksa menyaksikan akhir tragis yang dihasilkan oleh siklus balas dendam. Cerita ini menjadi cermin bagi para pembaca untuk memahami bahwa kebijaksanaan dan pengampunan mungkin merupakan jalan yang lebih bijak dalam menghadapi ketidakadilan, daripada membiarkan diri terjebak dalam lingkaran siklus balas dendam yang tak berkesudahan.
 
Cerita Pendek Kesepuluh: Pukul Sembilan hingga Lima Petang 
Cinta membara antara seorang dokter hewan dan pemilik toko bunga terungkap. Di tengah kehangatan cerita romantis mereka, sebuah keputusan tegas dilemparkan, mengakhiri hubungan yang penuh tantangan. Bagaimana cinta yang panas ini merajut takdir mereka berdua? 
 
Cerita ini mencerminkan dilema moral, keputusan sulit, dan ketegangan emosional yang dialami oleh kedua tokoh utama. Dalam situasi yang seolah-olah diterpa oleh rintangan dan konsekuensi, pembaca dihadapkan pada pertanyaan mendalam tentang batas-batas cinta dan pengorbanan.
 
 
Cerita ini memperdalam makna cinta dan keputusan sulit yang harus diambil demi kesejahteraan bersama. Pembaca diundang untuk merenungkan nilai-nilai moral, komitmen, dan harga diri dalam menghadapi pilihan hidup yang sulit. Sejauh mana seseorang bersedia mengorbankan untuk cinta, dan apakah ada titik di mana cinta terlarang menjadi harga yang patut diperjuangkan?
 
Cerita Pendek Kesebelas: Ibu, Apa Kabarmu Hari Ini? 
Di bawah bayang-bayang kekerasan sejarah tahun 1965, Ningsih terdampar dalam pusaran tragedi yang merubah takdir keluarganya selamanya. Penculikan ibunya menjadi pintu gerbang bagi cerita kelam dan rahasia yang terpendam. Di antara ketidakpastian dan kerumitan hidup, bisakah Ningsih menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang menyiksa, “Ibu, apa kabarmu hari ini?” 
 
Cerita ini merangkum bukan hanya sejarah politik tetapi juga kehidupan pribadi yang terpengaruh olehnya. Ningsih sebagai tokoh utama memberikan dimensi emosional terhadap konflik politik 1965 yang merampas kebahagiaan dan kedamaian keluarganya. Melalui cerita ini, pembaca diberi pemahaman mendalam tentang bagaimana politik yang keras dan tidak manusiawi dapat merusak keluarga, menciptakan rasa takut, dan meninggalkan luka yang sulit sembuh. Pelajaran berharga dari cerita ini adalah betapa pentingnya menjaga keadilan dan keberagaman dalam konteks sejarah, agar tak ada lagi yang harus kehilangan orang-orang tercinta akibat tangan-tangan kejam politik.
 
 
Cerita Pendek Kedua Belas: Tawa Luisa 
Dalam sorotan hidup Luisa, seorang wanita tegar dengan sarat tawa, terbongkarlah rahasia yang tak pernah diduga. Di balik setiap riuh tawa Luisa, tersimpan luka yang tak pernah terungkap. Adakah ruang bagi kebahagiaan sejati Luisa? 
 
Kehidupan Luisa yang dihiasi tawa ternyata merupakan tirai yang menutupi deretan kesedihan dan pengkhianatan. Cerita ini mengajak pembaca merenung tentang pentingnya kejujuran dan kepercayaan dalam menjalin hubungan, seperti pernikahan. Kesetiaan dan komunikasi menjadi poin kunci yang ditekankan di tengah pahitnya pengkhianatan. Pelajaran mendalam datang dari keberanian Luisa untuk menghadapi realitas dan menanggung konsekuensi, sementara kita diajak mempertanyakan topeng-topeng yang mungkin kita kenakan dalam kehidupan sehari-hari.
 
Cerita Pendek Ketiga Belas: Sebuah Usaha Menulis Cerita 
Alina Karina, seorang penulis di dunia kepenulisan yang keras, menghadapi penolakan dan kenyataan pahit. Dalam perjuangannya, ia bahkan terpaksa menjajakan tubuhnya untuk bertahan hidup. Di antara mimpi dan kenyataan, bagaimana Alina menemukan arti sejati dari keberanian dan kebahagiaan? 
 
Cerita ini mengeksplorasi perjuangan seorang penulis dalam meniti karier di dunia kepenulisan. Alina Karina mewakili banyak penulis yang menghadapi ketidakpastian, penolakan, dan kesulitan finansial. Kesulitan tersebut mendorong Alina Karina untuk menjajakan tubuhnya sebagai pekerja seks komersial sebagai bentuk bertahan hidup. Kita diajak merenung, sejauh mana seseorang rela mengorbankan harga diri untuk mencapai cita-cita dan memberikan yang terbaik bagi orang yang mereka cintai. Dalam cerita ini, terungkaplah komitmen Alina Karina terhadap anaknya yang menyentuh hati dan memberikan dimensi emosional pada perjuangannya yang tanpa pamrih.
 
 
Cerita ini meruntuhkan sekat stigma dan menyentak kesadaran kita, menunjukkan bahwa kehidupan seorang penulis bisa menjadi medan pertempuran yang tanpa ampun. Seiring dengan tragedi ini, kita diajak untuk menghargai perjuangan manusia di balik kata-kata yang ditorehkan di halaman-halaman karya.
 
Cerita Pendek Keempat Belas: Duduk dan Dengarkan Ibu 
Dalam cerita ini, Mahesa, adik yang terjebak antara cinta keluarga dan impian pribadi, menghadapi pilihan sulit. Kehidupannya yang terombang-ambing antara kasih sayang ibu dan panggilan jiwa menjadi konflik emosional yang mencekam. Dalam intrik plot dan karakter-karakter yang kompleks, apa arti sebenarnya dari pengorbanan dan keluarga? 
 
Mahesa, yang bermimpi menjadi pemain sepak bola, terjebak dalam pergulatan batin. Kecintaannya pada sepak bola menjadi kontraproduktif saat dia dihadapkan pada permintaan ibunya untuk mendonorkan ginjal. Impian yang selama ini diperjuangkan dengan keras tampaknya akan terenggut oleh kenyataan keluarga yang penuh konflik. Cerita Mahesa menjadi refleksi mendalam tentang perjuangan yang seringkali harus dihadapi oleh individu di antara panggilan keluarga yang kuat dan tekad untuk mengejar mimpi pribadi.
 
 
Cerita Pendek Kelima Belas: Hantu-Hantu Pembual 
Dalam keceriaan dongeng, Hana, sosok pendongeng misterius, dengan lantang mengakui bahwa seringkali hantu-hantu merasuki dirinya, menjadi narator langsung ceritanya. Seorang penulis cerita anak-anak, terpikat oleh daya tarik tak terduga dalam kekuatan naratif Hana, memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Ketika keduanya bertemu untuk makan malam, rahasia besar terkuak melalui cerita tragis yang disajikan Hana mengenai Pieter de Houtman. Sebuah pengungkapan yang tak terduga dan memilukan yang bisa mengubah segalanya. Apakah mereka dapat menghadapi kebenaran yang terungkap? 
 
Dalam cerita ini, cerita dongeng dan realitas terpintal dalam cerita misterius Hana dan penulis cerita anak-anak. Kehadiran hantu-hantu yang merasuki Hana, meskipun terdengar aneh, menggambarkan bahwa kreativitas seringkali bersumber dari ketidakdugaan dan keajaiban yang tak terlihat. Namun, ironisnya, keajaiban itu dicuri oleh sang penulis cerita anak-anak. Pesan moralnya mengajarkan tentang pentingnya menghormati kreativitas orang lain dan tidak merampas inspirasi mereka untuk keuntungan pribadi. Dalam menjalani kehidupan, kita diingatkan untuk tetap jujur dan menghormati, karena pencurian ide dapat merusak tidak hanya integritas pribadi, tetapi juga kepercayaan dalam dunia kreatif.
 
Cerita Pendek Keenam Belas: Hikayat Pengelana dan Bualan Tak Masuk Akal 
Andung Manih mengisahkan hikayat keluarganya kepada sang anak, bahwa pengelana pernah memberikan sebuah ramalan yang mendorong keluarga untuk menjauhi laut, menyebabkan perubahan dari nelayan menjadi peladang. Di tengah bualan tak masuk akal dan ketidakpastian, sang anak harus memilih antara mendengarkan nasihat ibunya atau menghadapi kebenaran yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya. Apakah ia akan mempertahankan nilai-nilai keluarga atau meraih takdirnya sendiri? 
 
Dalam cerita ini, melibatkan si tokoh utama yang terlibat dalam kehidupan keluarganya. Ketika seseorang menghadapi godaan untuk mencari rezeki dengan cara yang kurang jujur, seperti mengeksploitasi kepercayaan orang lain atau mencari kekayaan tanpa usaha yang halal, cerita ini mengajarkan tentang nilai rezeki yang halal dan berkah. Pilihan untuk menjual semua aset yang berhubungan dengan rentenir, meskipun membawa konsekuensi kehidupan yang lebih sulit, menegaskan pentingnya menjalani hidup dengan integritas dan kejujuran. Di balik kesulitan hidup, terdapat kehormatan dan keberkahan yang tak ternilai. Sebuah pesan moral yang menyentuh, memberikan inspirasi untuk memilih jalan yang benar meskipun sulit, dengan keyakinan bahwa rezeki yang halal akan membawa berkah yang abadi.
 
Cerita Pendek Ketujuh Belas: Semusim 
Dalam alunan cerita cinta yang membara, sepasang anak Adam dan Hawa disuguhkan dengan rencana yang sudah diatur rapi untuk bersama. Namun, bayang-bayang misteri takdir menjelma sebagai pengiring setia hubungan mereka. Ketika kelihatannya segalanya terpapar dalam kesempurnaan, sebuah pertanyaan mendasar merayap ke permukaan: Apakah takdir akan merestui cinta mereka, memungkinkan impian indah itu menjadi kenyataan, ataukah takdir dengan diam-diam menghancurkan segalanya? 
 
Dalam cerita ini, keintiman yang terlarang menggambarkan konflik internal dan pertarungan moral yang mendalam. Cinta yang tumbuh di antara sepasang anak manusia seakan-akan memainkan peran utama dalam tarian penuh rahasia ini. Pembaca dihadapkan pada pilihan sulit antara kesetiaan pada norma sosial dan panggilan hati yang mendalam. Pertanyaan mendasar mengenai kebenaran, moralitas, dan hak untuk mencintai menjadi pusat refleksi pembaca. Cerita ini menjadi cermin bagi perjalanan batin karakter, yang merangkak di antara perasaan cinta dan ketidakpastian etika.
 
 
Pesan moralnya tidak hanya menyoroti cinta sebagai kekuatan yang kuat, tetapi juga menantang pembaca untuk meresapi kerumitan hubungan dan mempertimbangkan apakah takdir dapat memihak kepada cinta yang mungkin terasa salah di mata dunia. Dalam keintiman terlarang ini, pembaca diajak untuk merenung tentang kekuatan cinta yang mampu membongkar konvensi sosial dan menciptakan dunia di luar batasan-batasan norma.
 
Cerita Pendek kedelapan Belas: Apa Yang Paul McCartney Bisikkan di Telinga Janitra? 
Janitra muncul sebagai sosok misterius dengan keunikan yang menarik. Di balik senyumannya yang tenang, terdapat lapisan rahasia yang mendalam, menciptakan semacam semesta tersembunyi yang tak terduga. Seolah menyimpan puzzle-puzzle kehidupan yang terlipat rapi, Janitra membawa kita dalam perjalanan yang tak terduga. Di momen yang penuh misteri, Paul McCartney muncul sebagai elemen kunci yang memperumit cerita. Apa Yang Paul McCartney Bisikkan di Telinga Janitra? 
 
Dengan membawa tema kekerasan dalam rumah tangga, cerita ini menyentuh luka dalam hubungan antara Janitra dan suaminya, Gupta. Kehadiran alter ego Janitra, yang disebut sebagai si Kumbang, menjadi perisai psikologis yang mencoba melindungi Janitra dari kekejaman yang dia alami. Hal ini menggambarkan cara seseorang dapat menciptakan bentuk pelarian internal untuk bertahan dalam keadaan yang menyakitkan.
 
 
Dengan memasukkan referensi lagu “Let It Be” oleh Paul McCartney, cerita menunjukkan bahwa seni dan musik mungkin menjadi penawar bagi orang yang mengalami trauma. Melalui Janitra, pembaca diundang untuk meresapi cerita perjuangan wanita yang harus berhadapan dengan ketidakpastian, rahasia, dan pertarungan batin yang intens.
 
 
Pesan moralnya membuka diskusi tentang perlunya empati dan pemahaman terhadap individu yang mungkin menyembunyikan pertarungan batin mereka. Cerita ini juga menyoroti pentingnya seni sebagai medium ekspresi dan penyembuhan, menunjukkan bahwa musik dan kreativitas dapat memberikan dukungan untuk mereka yang menghadapi cobaan kehidupan yang sulit.
 
 
 
Sasti Gotama, dengan kepiawaian dalam gaya penulisannya, menciptakan buku Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam? sebagai perjalanan mengasyikkan melalui dunia cerita pendek yang dipenuhi dengan kejutan dan nuansa yang tak terduga. Dari halaman pertama, saya langsung terpikat oleh pesona setiap cerita pendeknya, dan keindahan naratifnya menjauhkan momen kebosanan dari pengalaman membaca saya. Keantusiasan saya terus memuncak seiring perjalanan saya menyelami kedelapan belas cerita yang dihubungkan begitu apik oleh penulis. 
 
Keunggulan buku ini sungguh terlihat jelas ketika kita menjelajahi kedalaman latar setiap cerita pendeknya. Sasti Gotama tidak hanya pandai dalam menyusun kata-kata, tetapi juga mahir dalam membangun dunia fiksi yang begitu nyata dan mengundang pembaca untuk merasakan setiap nuansa. Elemen-elemen kecil seperti pepohonan dan bunga-bungaan tidak hanya menjadi hiasan, melainkan bagian integral dari cerita yang menciptakan atmosfer unik di setiap penggambaran. 
 
Selain itu, kepiawaian penulis dalam mengeksplorasi nuansa sosial dan budaya memberikan dimensi tambahan yang membuat cerita-ceritanya menjadi lebih dalam dan memikat. Melalui cerita-ceritanya, Sasti Gotama mampu membawa pembaca berkeliling, tidak hanya fisik tetapi juga secara emosional, sehingga kita seolah-olah terlibat langsung dalam kehidupan karakter-karakternya. 
 
Detail latar yang disajikan dengan cermat membuka pintu dunia yang lebih luas, dan ini merupakan salah satu aspek yang membuat buku ini begitu istimewa. Saya merasa seperti mengunjungi tempat-tempat tersebut secara langsung, seakan-akan membiarkan imajinasi saya menyatu dengan realitas yang digambarkan oleh penulis. Ini adalah pengalaman membaca yang lebih dari sekadar menyimak kata-kata, melainkan sebuah perjalanan yang menggetarkan dan mendalam. 
 
Penokohan karakter di setiap cerita buku ini sungguh mengagumkan, mampu menghadirkan karakter-karakter yang tak hanya terasa hidup tetapi juga autentik. Setiap tokoh memiliki dimensi yang kompleks, membuat pembaca dapat merasakan konflik internal dan perubahan yang dialami oleh setiap karakter. Penggunaan sudut pandang yang berbeda-beda dan unik dalam setiap cerita menjadi salah satu keunggulan buku ini. Sasti Gotama berhasil memanfaatkan variasi sudut pandang untuk memberikan perspektif yang berbeda pada setiap cerita, menambah kekayaan naratif dan memperdalam pengalaman membaca. 
 
Meskipun buku ini memiliki kekurangan, seperti kesalahan penulisan di halaman 66 yang seharusnya kata “hujan” ditulis dengan huruf kapital, namun kelemahan tersebut terasa kecil jika dibandingkan dengan keunggulan dan keindahan keseluruhan karya. Meskipun demikian, harapan saya adalah agar penulisan seperti ini dapat diperbaiki guna meningkatkan kelancaran perjalanan membaca bagi pembaca yang membutuhkan konsistensi dalam detail penulisan. 
 
Dalam perjalanan menyelami keindahan buku Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?, cerita pendek “Sebuah Usaha Menulis Cerita” menonjol sebagai salah satu puncak cerita kesukaan saya. Terikat oleh sudut pandang yang unik dan kejutan yang mengejutkan, cerita ini memberikan dimensi baru dalam pengalaman membaca saya. Dari awal hingga akhir, penulis dengan cermat membangun suasana yang memikat dan menawarkan alur cerita yang memanjakan pikiran. 
 
Penggambaran kehidupan Alina Karina sebagai seorang orang tua tunggal yang bekerja keras dalam dunia kepenulisan, dengan segala kesulitannya, memberikan sentuhan realisme yang kaya makna. Lebih jauh lagi, melalui kekayaan detail dan karakter-karakter yang kuat, “Sebuah Usaha Menulis Cerita” menyampaikan pesan bahwa kehidupan sering kali penuh tantangan, terutama di dunia kepenulisan. Alina Karina sebagai tokoh utama membawa kita menyelami kehidupannya yang kompleks, terjebak antara impian dan kenyataan. 
 
Dengan segala kompleksitas dan kedalaman yang disajikan, buku ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga suatu pengalaman pembacaan yang menggugah dan memikat. Oleh karena itu, dengan semangat yang membara, saya dengan tulus merekomendasikan buku ini kepada semua pembaca yang menghargai karya sastra yang mampu menyentuh hati dan pikiran. Dalam Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?, Sasti Gotama berhasil menciptakan karya yang tak hanya mendalam tetapi juga memperkaya jiwa pembacanya, membuktikan kualitasnya sebagai seorang penulis yang luar biasa. 

Expand filter menu Content Warnings