A review by clavishorti
Kimchi Confessions by Xaviera Putri

emotional funny informative inspiring reflective relaxing sad fast-paced

4.0

Ketika pertama kali mendengar tentang Kimchi Confessions karya Xaviera Putri, ketertarikan saya langsung muncul, didorong oleh rasa penasaran yang mendalam terhadap kisah yang diangkat. Beruntungnya, saya mendapatkan kesempatan untuk membacanya, dan pengalaman tersebut tidak mengecewakan. Buku ini mengajak pembaca menyelami perjalanan hidup Xaviera, seorang pelajar yang berhasil menembus salah satu sekolah terbaik di Korea Selatan, Korea Science Academy of KAIST, melalui jalur beasiswa. Bagi saya, topik pendidikan dan perjuangan untuk menimba ilmu di negeri asing selalu punya daya tarik tersendiri, terutama di sekolah berbasis sains dan teknologi yang dikenal dengan persaingannya yang ketat. 
 
Selain daya tarik dari topik yang diangkat, saya juga langsung terpukau dengan ilustrasi sampul yang memancarkan keindahan. Desainnya begitu lembut namun sarat makna, seolah mengundang pembaca untuk menyelami lebih dalam kisah yang dihidangkan. Kesan ini semakin istimewa ketika saya mengetahui bahwa sampul tersebut dikerjakan oleh Biadonut, yang ternyata adalah kakak dari Xaviera Putri sendiri. Kolaborasi ini menambah dimensi personal pada buku, memperkuat hubungan antara cerita dan visual. Bahkan sebelum membuka halaman pertama, sampulnya sudah berhasil menyampaikan pesan mendalam, membuat saya merasa bahwa saya akan dibawa ke dalam perjalanan yang tak hanya inspiratif, tetapi juga penuh kehangatan dan emosi yang tulus. 
 
Saat memulai buku ini, saya tidak menemukan kesulitan untuk langsung tenggelam dalam narasinya. Gaya penulisan Xaviera sangatlah mengalir, ringan, dan terasa seperti mendengarkan teman yang sedang berbagi cerita tentang perjuangan pribadinya. Dengan nuansa santai, Xaviera berhasil menyampaikan perjalanan hidupnya yang penuh tantangan. Dari sini, saya semakin menyadari betapa luar biasa usaha yang ia tempuh untuk bisa menempuh pendidikan di sekolah bergengsi tersebut, terlebih melalui jalur beasiswa yang tidak mudah diraih. 
 
Perjalanan Xaviera tentu tidak sepenuhnya ia tempuh seorang diri, melainkan didukung oleh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan moral dan emosional yang begitu hangat. Salah satu momen paling mengharukan dalam buku ini adalah ketika orang tuanya menekankan bahwa pendidikan merupakan warisan paling berharga yang bisa mereka berikan kepada anak-anak mereka. Pesan ini bukan hanya menyentuh, tetapi juga menggambarkan betapa besar peran keluarga sebagai salah satu pondasi yang membentuk kesuksesan Xaviera. 
 
Salah satu daya tarik utama buku ini adalah kemampuan Xaviera untuk membawa pembaca menyelami dunia pendidikan di Korea, dengan fokus khusus pada Korea Science Academy of KAIST. Melalui narasi yang penuh warna, kita diajak mengintip sekilas tentang struktur ketat yang mengatur waktu belajar, istirahat, dan kegiatan lainnya. Meski terkesan sangat disiplin dan penuh aturan, sistem ini justru memperlihatkan bagaimana pendekatan ini membentuk karakter siswa yang tidak hanya tangguh dan bertanggung jawab, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan dengan kesiapan dan ketahanan yang luar biasa. Bagi saya, wawasan ini sangat berharga, terutama bagi pembaca yang ingin merasakan bagaimana kehidupan sekolah di Korea yang terkenal dengan sistem pendidikannya yang keras. Xaviera berhasil menyampaikan realitas ini dengan baik tanpa terkesan menggurui, sehingga tetap menyenangkan untuk diikuti. 
 
Meskipun saya sangat menikmati isi buku ini, terdapat beberapa aspek teknis yang bisa diperbaiki untuk meningkatkan kualitasnya. Pertama, ukuran fon dan spasi yang digunakan terasa agak besar, sehingga tampilan halaman menjadi kurang rapi dan sedikit mengganggu kenyamanan membaca. Selain itu, tata letak dan penggunaan bahasa di beberapa bagian tampak tidak konsisten. Hal ini terkadang menghambat kelancaran membaca dan membuat beberapa bagian terasa kurang harmonis. Saya juga mengalami sedikit kebingungan dengan beberapa kalimat, misalnya di halaman 117, terdapat tulisan “D, sementara aku ke cafetaria,” yang terasa agak membingungkan dan mungkin merupakan kesalahan penulisan atau penggunaan frasa yang kurang jelas. Hal ini sedikit menyulitkan pemahaman saya terhadap teks tersebut. 
 
Namun, perlu dicatat bahwa kekurangan ini bersifat teknis dan tidak mengurangi kekuatan serta esensi cerita yang disampaikan oleh penulis. Dengan revisi dan penyuntingan yang lebih cermat, saya yakin buku ini bisa menjadi lebih sempurna, baik dari segi tampilan maupun bahasa. Perbaikan ini akan semakin menonjolkan kualitas naratif yang memikat dan membuat pengalaman membaca menjadi lebih menyenangkan. 
 
Secara keseluruhan, Kimchi Confessions karya Xaviera Putri adalah buku yang menyenangkan untuk dibaca dalam satu kali duduk. Xaviera Putri mampu menghadirkan kisah yang inspiratif, terutama bagi mereka yang bermimpi merantau dan menimba ilmu di negeri orang. Buku ini memberikan motivasi dan keyakinan bahwa dengan kerja keras, mimpi sebesar apa pun dapat tercapai. Saya sangat merekomendasikan buku ini bagi siapa pun yang ingin mencari inspirasi atau sekadar menikmati cerita tentang perjalanan meraih mimpi. Selain itu, buku ini juga mengingatkan kita bahwa tidak ada batasan dalam belajar, dan pendidikan adalah investasi terbaik yang dapat kita berikan untuk masa depan kita.