A review by clavishorti
Perjamuan Khong Guan by Joko Pinurbo

challenging emotional funny lighthearted mysterious reflective sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

3.0

Buku Perjamuan Khong Guan merupakan karya kedua yang saya telusuri dari pena Joko Pinurbo. Sebagaimana buku Celana yang telah saya nikmati sebelumnya, buku ini juga mempersembahkan kumpulan puisi-puisi dari Joko Pinurbo. Dalam setiap bait puisinya, terdapat sentuhan yang mencerminkan keberagaman aspek kehidupan, dari yang berkaitan dengan agama hingga budaya, yang disajikan dengan penuh keahlian dan kedalaman pikiran sang penyair.

Keunikan buku ini terpatri dalam pembagian puisi-puisinya ke dalam empat bagian yang disebut ‘kaleng’, sebuah istilah yang membawa kita dalam perenungan mendalam akan makna yang terkandung di baliknya. Seolah menyuguhkan perjamuan bagi jiwa yang haus akan keindahan kata-kata, kaleng-kaleng tersebut menghidangkan puisi-puisi dengan ragam rasa dan aroma yang menggoda. Dalam setiap kaleng, kita diundang untuk menjelajahi ranah yang berbeda, tetapi tetap terkait dalam kesatuan yang harmonis, sebagaimana sebuah perjamuan yang menyatukan beragam cita rasa dalam satu meja.

Tidak dapat disangkal bahwa judul buku ini, Perjamuan Khong Guan, mengundang perenungan akan hubungan erat antara puisi dengan produk ikonik biskuit Khong Guan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Khong Guan adalah sebuah perusahaan yang menjelma menjadi raksasa dalam skala internasional, mengukir namanya dalam industri makanan, khususnya produk biskuit dan wafer. Tentu saja, yang paling legendaris adalah kehadiran biskuit Khong Guan dalam kemasan kaleng.

Kemasan kaleng ini tidak hanya menjadi wadah untuk menyimpan produk, tetapi juga menjadi wadah untuk mengumpulkan sejuta kenangan dan cerita di setiap sudutnya. Di sisi kaleng, terpampang dengan anggun potret keluarga yang sedang bersama di meja makan: seorang ibu dan dua anaknya. Gambar ini sungguh menarik perhatian, karena begitu mirip dengan sampul depan dari buku Perjamuan Khong Guan ini. Seolah menjadi jendela ke dalam isi buku, potret ini membawa kita pada perjalanan yang menggugah hati dan menghidupkan kembali kenangan-kenangan yang terpendam dalam setiap kaleng biskuit Khong Guan.

Puisi-puisi dalam buku Perjamuan Khong Guan memang menawarkan sejumlah kekhasan yang memikat hati pembaca. Khususnya, bagi saya, bagian “Kaleng Tiga” menjadi daya tarik tersendiri karena seluruhnya mengisahkan perjalanan hidup seorang tokoh bernama Minnah. Dari awal kehadiran Minnah di dunia, dengan segala haru bahagia dalam “Lahirnya Minnah”, hingga berbagai liku-liku yang dihadapinya dalam “Demam Minnah”, setiap bait puisi membawa kita pada sebuah perjalanan emosional yang mendalam.

Namun, dalam membandingkan puisi-puisi dalam buku Perjamuan Khong Guan dengan karya sebelumnya seperti buku Celana, saya melihat sebuah perbedaan yang cukup mencolok. Puisi-puisi dalam Perjamuan Khong Guan cenderung lebih singkat dan padat, mempersembahkan makna dalam ruang yang lebih terbatas. Hal ini menjadi pertimbangan bagi saya, yang lebih menggemari puisi yang mengalir dalam panjang dan mendalam.

Namun demikian, saya sadar bahwa kecenderungan dalam menikmati puisi adalah hal yang sangat subjektif. Setiap pembaca memiliki selera dan keunikan masing-masing. Bagi beberapa orang, puisi yang singkat dan langsung pada intinya mungkin lebih memikat, sementara bagi yang lain, keindahan puisi terletak pada kemampuannya untuk mengalir dalam aliran yang panjang dan mendalam. Keberagaman dalam kesenian adalah sebuah keniscayaan, dan perbedaan pandangan hanya menambah kekayaan dalam dunia sastra yang penuh warna.

Tidak tersembunyi bahwa kesenangan melanda diri saya saat menjelajahi halaman-halaman buku Perjamuan Khong Guan yang tercipta dari pena Joko Pinurbo. Saya terpesona oleh kemampuan sang penyair dalam memilih kata-kata yang luar biasa kreatif, menghiasai setiap baris dengan keindahan yang memikat hati dan menyentuh jiwa.

Hal yang mengagumkan lainnya adalah variasi nada dalam puisi-puisi ini. Dari bait yang menghanyutkan dalam suasana serius, hingga sindiran yang menggoda senyum, bahkan hingga humor yang membuat hati riang. Sungguh, keberagaman ini menciptakan sebuah pertunjukan sastra yang memikat, mengajak pembaca untuk merasakan segala nuansa emosi yang terpancar dari setiap rangkaian kata. Bagi siapa pun yang ingin menggali keindahan dan kedalaman puisi karya Joko Pinurbo, buku Perjamuan Khong Guan adalah pilihan yang tepat.